INDOZONE.ID - Seekor Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) mati mengenaskan di kandang rehabilitasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi. Satwa langka yang sempat menerkam dua warga hingga tewas di Kabupaten Merangin, Jambi itu mati setelah mengalami malnutrisi kronis.
Kabag TU BKSDA Jambi, Teguh menjelaskan harimau berjenis kelamin betina itu memang dalam kondisi tidak sehat saat menjalani perawatan di balai konservasi. Raja rimba itu terluka dan kurus akibat kekurangan nutrisi.
"Selain kekurangan makanan, kata dokter harimau itu juga mengalami gangguan pencernaan," ucapnya, seperti yang dikutip Indozone, Kamis (4/11/2021).
Ia menjelaskan pada Selasa (2/11) dinihari tim dokter masih memberikan makanan. Terlihat satwa itu hanya berbaring, lemas, respons kurang (letargi), kepala masih diangkat, namun diletakkan kembali.
Kemudian pada pagi harinya Rabu (3/11) sekitar pukul 07.00 WIB, saat tim dokter mengecek kembali dan hendak memberikan makan, satwa belang itu sudah dalam keadaan terbujur, kaku, dan telah mati.
"Diperkirakan matinya beberapa waktu sebelumnya atau sekitar pukul 05.00 WIB," sambungnya.
Diketahui harimau berumur 10 tahun yang memiliki panjang 2 meter itu adalah hasil penanganan konflik dari Kabupaten Merangin, Jambi. Raja rimba tersebut sebelumnya dilaporkan menerkam dan menewaskan dua warga Merangin.
Harimau itu sendiri habitatnya berada di Hutan Adat Guguk. Namun diduga karena kekurangan mangsa di dalam hutan dan di sekitar hutan terjadi degradasi, ia keluar hutan dan berkonflik dengan manusia.
Beberapa hari dilaporkan setelah menerkam warga, harimau tersebut berhasil masuk perangkap dan dievakuasi ke tempat rehabilitasi satwa di Kota Jambi.
Saat dievakuasi ke kandang rehabilitasi pada Sabtu (16/10), harimau tersebut sudah dalam kondisi yang sangat buruk dan kurus kering. Harimau Sumatra itu menderita malnutrisi, letargi, nafsu makan buruk dan kaki kanannya terluka.
"Kami berikan makan secara berkala, yaitu ayam, kelinci, hati sapi serta vitamin (supportif) anti inflamasi dan anlgesi serta antibiotik. Namun, seringkali makanan tersebut tidak dihabiskan," kata drh. Yuli Akhmal selaku dokter yang menangani harimau tersebut.